Wisata Mistis Leuweung Sancang

Tempat Wisata di Garut memang selalu dihiasi oleh cerita legenda yang cukup kental dan dikenal oleh masyarakat luas, salah satunya wisata mistis yang terdapat di Leuweung Sancang (hutan sancang). Leuweung Sancang mempunyai kaitan yang erat dengan Harimau yang dipercaya oleh masyarakat setempat sebagai titisan Prabu Siliwangi yaitu seorang raja bijaksana dari Pasundan.

Raja ini mempunyai Istri bernama Dewi Kumalawangi yang dikaruniai anak seorang putri bernama Dewi Rarasantang dan dua putra yang bernama Raden Walangsungsang dan Raden Kiansantang. Kiansantang ini terkenal akan kesaktiannya, ia bahkan tidak dapat disakiti dengan senjata apapun. Cerita Leuweung Sancang ini berawal dari rasa penasaran salah satu putra Prabu Siliwangi yang terkenal dengan kekebalan tubuhnya yaitu Raden Kiansantang. Ia sangat penasaran karena ia belum pernah melihat darahnya sendiri. Iapun kemudian mengadukan rasa penasarannya kepada Prabu Siliwangi. sang raja kemudian

mengumpulkan beberapa ahli nujum untuk menunjukkan orang yang bisa mengalahkan Raden Kiansantang, tetapi ternyata hasilnya nihil.Sampai pada suatu saat mereka kedatangan seorang kakek tua yang bisa menunjukkan orang sakti yang dapat mengalahkan Raden Kiansantang. Seseorang bernama Ali yang terdapat di tanah suci Mekkah. Persiapan pun dilakukan, berbekal keberanian dan tekad yang kuat, Raden Kiansantang bersemedi di Ujung Kulon dan merubah namanya menjadi Galantrang Setra. Hal ini dilakukan atas petunjuk sang kakek sebagai syarat sebelum putra Prabu Siliwangi ini menuju ke Mekkah.

Perjalanan yang panjangpun dilalui. Dan ketika ia tiba di tanah suci Mekkah, Raden Kiansantang langsung mencari orang yang dimaksud. Di dalam perjalanannya mencari seseorang yang bernama Ali, ia bertemu dengan orang asing yang bersedia menunjukkan tempat dimana Ali berada tetapi dengan syarat Raden Kiansantang

dapat mencabut tongkat yang telah ditancapkan sebelumnya. Menyetujui tantangan orang asing ini, Raden Kiansantangpun mulai mengeluarkan tenaganya untuk mencabut tongkat tersebut. Aneh! tongkat itu tak bergeming dan tetap ditempatnya, padahal Raden Kiansantang terkenal akan kesaktian dan tubuhnya yang kebal. Bahkan ia lebih terkejut

lagi disaat ia mengeluarkan seluruh kekuatan dan tenaganya, saat itu pula pori – pori Raden Kiansantang mengeluarkan darah. Melihat kesungguhan Raden Kiansantang yang menghabiskan seluruh kemampuannya untuk mencabut tongkat, orang asing itu kemudian menghampirinya, mengucapkan “Bismillah” dan dengan mudah tongkat itu berada dalam genggamannya.

Orang asing itu ternyata dikenal sebagai Ali, seorang yang memeluk agama Islam dan ilmunya jauh melebihi Raden Kiansantang. Karena ketertarikan dan kekaguman terhadap ilmu yang dimiliki oleh Ali, Raden Kiansantang memutuskan untuk memperdalam ilmunya sekaligus memeluk agama Islam. Iapun menghabiskan waktu beberapa bulan untuk mempelajari ilmu tentang agama Islam sebelum ia kembali pulang menuju istana Padjadjaran.

Singkat cerita, Raden Kiansantang pun tiba di istana. Ia menceritakan pengalaman luar biasa yang dialaminya di tanah suci Mekkah kepada Prabu Siliwangi. Selain itu Raden Kiansantang mengajak Prabu Siliwangi untuk mempelajari dan memeluk agama Islam. Hal ini tidak direspon oleh Prabu Siliwangi yang tidak mau meninggalkan agama sebelumnya yang dipercaya sebagai agama Hindu yang sudah dianutnya dari sejak lahir. Kecewa akan keputusan ayahnya, Raden Kiansantang memutuskan kembali ke Mekkah untuk lebih memperdalam ilmu agamanya.

Setelah tujuh tahun berlalu, Raden Kiansantang kembali menuju ke tanah Padjadjaran untuk kembali mengajak ayahnya memeluk agama Islam. Tetap pada pendiriannya, Prabu Siliwangi dengan ilmunya yang cukup tinggi merubah Keraton Padjadjaran menjadi hutan belantara. Raden Kiansantang yang menyadari hal ini terkejut dengan apa yang dilihatnya, ia tak menemukan jalan untuk memasuki kerajaan yang ia kenal sebelumnya, hingga akhirnya ia melihat Prabu Siliwangi beserta pengawalnya keluar dari hutan itu.

Raden Kiansantang segera menghampiri dan berkata kepada ayahnya dengan penuh rasa hormat bahwa seorang raja tidak pantas tinggal di hutan dan menyarankan untuk kembali ke Istana dan memeluk agama Islam. Tidak menjawab pertanyaan anaknya Prabu Siliwangi kemudian berbalik menanyakan apa yang seharusnya tinggal di hutan, yang kemudian dijawab oleh Raden Kiansantang bahwa hanya harimau lah yang pantas tinggal di hutan.

Seketika Prabu Siliwangi beserta pengawal setianya berubah wujud menjadi harimau, walaupun begitu Raden Kiansantang tetap mengajak ayahnya untuk memeluk agama Islam. Tetapi harimau – harimau itu tetap pada pendiriannya dan tanpa bisa dicegah oleh Raden Kiansantang mereka pergi ke arah selatan dan masuk ke dalam goa yang dikenal dengan nama Goa Sancang.

Baca Juga : Hutan Mati Gunung Papandayan Garut

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *